![]() |
ils |
Hingga akhirnya terjadi pertengkaran diantara mereka. Saling serang menggunakan parang, batu dan senjata tajam lainnya pun tak terhindarkan, hinggs meluas beberapa meter dari pintu masuk sirkuit, massa yang tak terkendalikan lagi juga membakar mobil jenis Suzuki Katana. Pada saat berlangsungnya bentrokan kelompok Amparita sempat meminta bantuan dari desa tetangganya yang lain namun massa bantuan berhasil dihalau anggota Polres Sidrap yang cepat turun ke lokasi kejadian dan mengunci semua titik-titik pintu perbatasan di Amparita dan Massepe.
Bentrokan baru mereda Minggu malam sekitar pukul 22.00 wita setelah ratusan aparat Polres Sidrap yang di Backup anggota Polres Pinrang, anggota Brimob Detasemen B Parepare serta aparat TNI Kodim 1420 dan TNI dari 721 Pinrang diturunkan kelokasi bentrokan. Upaya lain agar insiden tersebut tidak berlarut-larut Kapolres Sidrap bersama sejumlah unsur Muspida dan Pemerintah setempat terus berupaya melakukan negosiasi mendamaikan kedua kubu yang terlibat bentrokan tersebut.
Walaupun telah dinyatakan kondisi sudah membaik namun masih terlihat beberapa warga berjaga-jaga dengan masing-masing membawa senjata tajam dikedua kampung tersebut.
Senin 27 Mei 2013 siang, Kapolres Sidrap, AKBP Anang yang dikonfirmasi, mengaku masih dilokasi kejadian bersama pemerintah setempat. Anang mengaku kedua kubu masih berusaha dipertemukan untuk meredam dan mendinginkan suasana keduanya. "Dua lokasi bentrok kondisi terakhir benar-benar sudah kita kendalikan dan kondisi mulai kondusif," kata Anang. Upaya mempertemukan dua kubu yang bertikai masih terus dilakukan pihak kepolisian dan pemerintah setempat untuk menghindari terjadinya bentrok susulan.
Dedi Mustapa, perwakilan Ikatan Motor Indonesia (IMI) malam sebelumnya saat ditemui membenarkan jika bentrokan disebabkan karena karcis tanda masuk. "Memang persoalan itu dipicu pembayaran karcis sebesar Rp 20 ribu perorang," katanya. Dia menambahkan ada pengunjung tidak mau bayar, kemudian petugas lapangan menghadangnya sehingga terjadi adu mulut dengan anggota panitia dan tidak lama kemudian pertikaian tidak bisa terhindarkan dari kedua kelompok massa tersebut.
Pantau TimurNews.com di Desa Teppo maupun Kelurahan Amparita masih terlihat warga berkumpul di sejumlah titik berbeda, dengan mengenakan senjata tajam jenis badik, parang, tombak, dan busur. Sehingga itu pengemanan tidak hanya dilakukan pada titik-titik bentrokan tetapi juga ditempatkan penjagaan pada rumah-rumah warga kedua pihak yang berkonsentrasi. Begitu juga perbatasan pada dua desa dijalan poros Soppeng itu terus mendapat penjagan ketat untuk menghindari pengerahan massa yang bisa memicu kembali bentrokan.
Selain berusaha mendamaikan kedua pihak yang bertikai, saat ini pihak kepolisian juga melakukan penyilidikan akar permasalah sehingga terjadi bentrokan yang melibatkan kampung saling bertetangga tersebut.
Adapun permintaan yang disampaikan Sekkab Sidrap H Ruslan agar semua masyarakat bisa menahan diri dan tidak terpancing isu-isu yang menyesatkan. Begitu juga insiden ini jangan dibawa ke ranah politik dan isu sara karena semunya tidak ada kaitannya dengan insiden tersebut.
"Saya minta masyarakat untuk tidak terpancing isu, begitu juga insiden ini jangan dipolitisir dan sara, semuanya itu hanya karena persoalan pribadi warga yang terjadi kesalapahaman dan polisi sudah mengambil alih untuk diselidiki penyebabnya," imbau Ruslan. PR
EmoticonEmoticon