
Menteri Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan, pihaknya memiliki tiga opsi untuk mengendalikan BBM bersubsidi, tetapi tetap tanpa menaikkan harga BBM bersubsidi tersebut. "Pokoknya kita belum memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Kita hanya konsentrasi pada pengendalian, penghematan, dan konversi. Itu serius betul tentang itu," kata Hatta selepas rapat koordinasi di kantor Kementerian Perekonomian Jakarta, Selasa (12/2/2013).
Khusus untuk pengendalian, pemerintah berencana mengendalikan distribusi BBM bersubsidi secara tepat sasaran. Dalam waktu dekat, Pertamina akan mengendalikan distribusi BBM melalui mekanisme teknologi informasi (IT). "Bahkan kalau ada pengendalian sistem IT ini, anggaran subsidi BBM bisa berkurang di atas Rp 10 triliun-Rp 15 triliun," tambahnya.
.
Saat ini, seluruh persiapan pengendalian BBM bersubsidi dengan menggunakan IT memang sedang direncanakan Pertamina. Padahal, perusahaan lain yang juga menjadi distributor BBM, seperti AKR Corporindo, sudah menggunakan teknologi ini.
Kedua, penghematan. Hatta menginginkan penghematan konsumsi BBM bersubsidi terus dilakukan, yaitu dengan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi pada kendaraan dinas pemerintah. Saat ini yang masih dalam tahap wacana adalah pembatasan BBM bersubsidi pada kendaraan pribadi. Namun, realisasi jadwal dari aturan ini pun juga belum jelas.
Ketiga, konversi BBM ke gas. Saat ini, Pertamina sudah menganggarkan dana Rp 340 miliar untuk membangun tujuh stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) yang terhubung dengan pipa gas di kawasan Jabodetabek. Pembangunan satu SPBG memerlukan dana Rp 70 miliar. Namun, saat disinggung mengenai anggaran pemerintah yang terus defisit, khususnya dari neraca perdagangan, Hatta pun menjelaskan bahwa defisit anggaran negara masih aman, sebesar 3 persen dari produk domestik bruto (PDB).
"Yang penting kita tidak boleh melebihi angka itu. Kita harus konsisten dengan yang telah ditetapkan. Pengendalian ini penting," tambahnya.
sumber : kompas
EmoticonEmoticon